Provinsi
sumatera utara
Disusun oleh:
- Eko setiawan
- Kriston simbolon
- Hasbiansyah
almuhaimin
- Rodotoga samuel
- Maulana hadi
syahputra
Kelas : 1ia22
Universitas gunadarma
2013
Kadar Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen.
Geografi
Propinsi
Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara lan 98° - 100° Bujur Timur,
Luas daratan propinsi Sumatera Utara 71.680 km².
Sumatra
Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
Pesisir
wetan wilayah propinsi sumut yang paling pesat perkembanganya karena
persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya.
Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi
penduduknya dibandingkan wilayah lainnya.
Di daerah
tengah propinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini ada beberapa dataran tinggi yang merupakan kantong-kantong konsentrasi penduduk. Tetapi jumlah hunian penduduk
paling padat berada di daerah Timur propinsi ini. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir juga menjadi tempat tinggal
penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.
Batas wilayah
|
propinsi
Aceh dan Samudera Indonesia
|
Terdapat 419
pulau di propisi Sumatera Utara. Pulau-pulau terluar adalah pulau Simuk
(kepulauan Nias), dan pulau Berhala di selat
Sumatera (Malaka).
Kepulauan
Nias terdiri sekang pulau Nias sebagai pulau utama dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya. Kepulauan Nias terletak di lepas pantai pesisir barat di Samudera Hindia. Pusat
pemerintahan terletak di Gunung Sitoli.
Kepulauan
Batu terdiri sekang 51 pulau dengan 4 pulau besar: Sibuasi, Pini, Tanahbala,
Tanahmasa. Pusat pemerintahan di Pulautelo di pulau Sibuasi. Kepulauan Batu
terletak di tenggara kepulauan Nias.
Pulau-pulau
lain di Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego,
Masa, Bau, Simaleh, Makole, Jake, dan Sigata, Wunga.
Di Sumatera
Utara saat ini terdapat dua taman nasional, yakni Taman Nasional Gunung Leuser dan Taman Nasional Batang Gadis. Menurut Keputusan Menteri Kehutanan, Nomor 44 Tahun
2005, luas hutan di Sumatera Utara saat ini 3.742.120 hektare (ha) yang terdiri sekang Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam seluas 477.070 ha,
Hutan Lindung 1.297.330 ha, Hutan Produksi Terbatas 879.270 ha, Hutan Produksi
Tetap 1.035.690 ha dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas 52.760 ha.
Namun angka
ini sifatnya secara de jure saja. Sebab secara de facto, hutan yang ada tidak seluas itu lagi. Terjadi banyak kerusakan akibat perambahan dan
pembalakan liar. Sejauh ini, sudah 206.000 ha lebih hutan di Sumut telah mengalami
perubahan fungsi. Telah berubah menjadi lahan perkebunan, transmigrasi. sekang
luas tersebut, sebanyak 163.000 ha untuk areal perkebunan dan 42.900 ha untuk
areal transmigrasi.
Sosial kemasyarakatan
Suku bangsa
Sumatera
Utara merupakan propinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagai penduduk asli wilayah ini.
Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang
Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah
tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak sing
sebagian besarnya beragama Kristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya
perkebunan tembakau nang Sumatera Timur, pemerentah
kolonial Hindia
Belanda banyak
mendatangkan kuli kontrak yang dipekerjakan nang perkebunan. Pendatang tersebut
kebanyakan berasal sekang etnis Jawa dan Tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku nang Sumatra Utara,
sebagai berikut :
- Suku Melayu Deli : Pesisir Timur, terutama nang kabupaten
Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat
- Suku Batak Karo : Kabupaten Karo
- Suku Batak Toba : Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba
Samosir
- Suku Batak Pesisir : Tapanuli Tengah, Kota Sibolga
- Suku Batak Mandailing/Angkola : Kabupaten Tapanuli
Selatan, Padang Lawas, dan Mandailing Natal
- Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun
- Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat
- Suku Nias : Pulau Nias
- Suku Minangkabau : Kota Medan, Pesisir barat
- Suku Aceh :
Kota Medan
- Suku Jawa : Pesisir Timur & Barat
- Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir Timur
& Barat.
Bahasa
Pada
dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan bahasa Indonesia
karena kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Pesisir
timur seperti wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan
Tanjung Balai, memakai bahasa Melayu Dialek "O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di kabupaten Langkat masih
menggunakan bahasa Melayu Dialek "E" yang sering juga disebut bahasa
Maya-maya. Masih banyak keturunan Jawa Kontrak (Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan bahasa Jawa.
Di kawasan
perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. di pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas 4 logat
(Silindung-Samosir-Humbang-Toba). bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh
suku Nias. Sedangkan orang-orang Pesisir Pantai Barat Sumut, seperti Kota
Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah serta Aceh Singkil dan Natal Madina
menggunakan bahasa Pesisir.
Agama
Agama utama di Sumatra Utara adalah:
- Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir,
Minangkabau,Jawa, Aceh, suku Batak Mandailing, sebagian Batak Karo,
Simalungun dan Pakpak
- Kristen (Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh
suku Batak Karo, Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing dan Nias
- Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil nang perkotaan
- Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan nang
perkotaan
- Konghucu : terutama dipeluk oleh suku Peranakan nang
perkotaan
- Parmalim:
dipeluk oleh sebagian suku Batak sing berpusat nang Huta Tinggi
- Animisme: masih
ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan
sejenisnya
Pendidikan
Pada tahun
2005 jumlah anak yang putus sekolah nang Sumut mencapai 1.238.437 orang,
sementara jumlah siswa miskin mencapai 8.452.054 orang.
Dari total
APBD 2006 yang berjumlah Rp 2.204.084.729.000, untuk pendidikan sebesar Rp
139.744.257.000, termasuk dalam pos ini anggaran untuk bidang kebudayaan.
Jumlah total
kelulusan siswa sing ikut Ujian Nasional pada tahun 2005 mencapai 87,65 persen
atau 335.342 siswa sekang 382.587 siswa tingkat SMP/SMA/SMK sederajat peserta
UN . Sedangkan 12,35 persen siswa yang tidak lulus itu berjumlah 47.245 siswa.
Kesehatan
- Secara umum, angka penemuan
kasus baru tuberculosis (TBC) di Sumatra Utara mengalami peningkatan.
Pada tahun 2005 kasus TBC diperkirakan berkisar 160/100.000 penduduk. Jika
jumlah penduduk Sumatra Utara tercatat 12 juta jiwa, maka penderita TBC di daerah ini sebanyak 19.000.
- Jumlah penderita HIV/AIDS di Sumatera Utara hingga Oktober 2005 tercatat 301 orang, yakni 26 orang
asing dan 276 warga negara Indonesia. Sementara jumlah korban HIV/AIDS yang meninggal dunia hingga Agustus 2005 berjumlah 34 orang.
Tenaga kerja
- Angkatan Kerja. Pada tahun 2002 angkatan kerja
nang Sumut mencapai 5.276.102 orang. Jumlah itu naik 4,72% sekang tahun
sebelumnya. Kondisi angkatan kerja itu juga diikuti dengan naiknya orang yang mencari pekerjaan. Jumlah pencari kerja pada 2002 mencapai 355.467
orang. Mengalami kenaikan 57,82% sekang tahun sebelumnya.
- Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT). Jumlah TPT nang Sumut naik sekang 4,47% pada 2001 menjadi 6,74%
pada 2002. TPT tertinggi terjadi nang Kota Medan mencapai 13,28%, diikuti
Kota Sibolga (11,71%), Kabupaten Langkat (11,06%), dan Kodya Tebing Tinggi
(10,91%).
- Angkatan Kerja. Penduduk yang tergolong
angkatan kerja berjumlah 5,1 juta jiwa. Sekitar 34% berstatus sebagai
majikan, bekerja sendiri (20%), dan pekerja keluarga (23%). Skala usaha
tergambar pada komposisi sing didominasi oleh usaha kecil sekitar 99,8%
dan hanya sekitar 0,2% sing tergolong usaha besar.
- Pendidikan Pekerja. Tingkat pendidikan sebagian
besar tenaga kerja. Pekerja sing berpendidikan tidak tamat sekolah dasar
(SD) atau sampai tamat SD mencapai 48,96%. Lulusan sekolah lanjutan
tingkat pertama (SLTP) mencapai 23%. Sedangkan lulusan sekolah lanjutan
tingkat atas (SLTA) mencapai 24,08%. Sementara itu, lulusan perguruan
tinggi hanya 3,95%.
Perekonomian
Energi
Sumatera
Utara kaya akan sumber daya alam berupa gas alam di daerah Tandam, Binjai dan minyak bumi di Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat yang telah dieksplorasi sejak zaman Hindia
Belanda.
Selain itu di Kuala Tanjung, Kabupaten Asahan juga terdapat PT Inalum yang bergerak di bidang
penambangan bijih dan peleburan aluminium yang merupakan satu-satunya di Asia Tenggara.
Sungai-sungai yang berhulu di pegunungan sekitar Danau Toba juga merupakan sumber daya alam yang cukup berpotensi untuk dieksploitasi menjadi sumber daya pembangkit
listrik tenaga air. PLTA Asahan yang merupakan PLTA terbesar di Sumatra terdapat di Kabupaten Toba Samosir.
Selain itu, di kawasan pegunungan terdapat banyak sekali titik-titik panas geotermal yang
sangat berpotensi dikembangkan sebagai sumber energi panas maupun uap yang
selanjutnya dapat ditransformasikan menjadi energi listrik.
Pertanian dan perkebunan
propinsi ini
terkenal karena luas perkebunannya, hingga kini, perkebunan tetap menjadi
primadona perekonomian propinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan
swasta maupun negara. BUMN Perkebunan yang arealnya terdapat di Sumatera
Utara, antara lain PT Perkebunan Nusantara II (PTPN II), PTPN III dan PTPN IV.
Selain itu
Sumatera Utara juga tersohor karena luas perkebunannya. Hingga kini, perkebunan
tetap menjadi primadona perekonomian propinsi. Perkebunan tersebut dikelola
oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet,
coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau.
Perkebunan tersebut tersebar nang Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan.
- Luas pertanian padi. Pada
tahun 2005 luas areal
panen tinggal 807.302 hektare, atau turun sekitar 16.906 hektare dibanding
luas tahun 2004 yang mencapai 824.208 hektare.
Produktivitas tanaman padi tahun 2005 sudah bisa ditingkatkan menjadi
berkisar 43,49 kwintal perhektar sekang tahun 2004 yang masih 43,13
kwintal per hektare, dan tanaman padi ladang menjadi 26,26 kwintal sekang
24,73 kwintal per hektare. Tahun 2005, surplus beras nang Sumatera Utara
mencapai 429 ton sekang sekitar 2.1.27 juta ton total produksi beras do daerah ini.
- Luas perkebunan karet. Tahun
2002 luas areal tanaman karet nang Sumut 489.491 hektare dengan produksi
443.743 ton. Sementara tahun 2005, luas areal karet menurun atau tinggal
477.000 hektare dengan produksi yang juga anjlok menjadi hanya 392.000
ton.
- Irigasi. Luas irigasi teknis
seluruhnya nang Sumatera Utara seluas 132.254 ha meliputi 174 Daerah
Irigasi. Sebanyak 96.823 ha pada 7 Daerah Irigasi mengalami kerusakan
sangat kritis.
- Produk Pertanian. Sumatra Utara
menghasilkan karet, cokelat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa,
kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhanbatu, dan Tapanuli Selatan.
Komoditas
tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa sing
sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatra Utara juga
dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan);
misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat,
Kentang, dan Wortel sing dihasilkan oleh Kabupaten
Karo, Simalungun
dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.
Perbankan
Selain bank
umum nasional, bank pemerentah serta bank internasional, saat ini nang Sumut
terdapat 61 unit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan 7 Bank Perkreditan Rakyat
Syariaf (BPRS) di Sumatera Utara. Data sekang Bank
Indonesia
menunjukkan, Pada Januari 2006, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diserap BPR mencapai Rp
253.366.627.000 dan kredit mencapai Rp 260.152.445.000. Sedangkan aktiva (aset)
mencapai Rp 340.880.837.000.
Sarana dan prasarana
pemerentah
propinsi (Pemprov) Sumatra Utara juga sudah membangun berbagai prasarana dan
infrastruktur untuk memperlancar perdagangan baik antarkabupaten maupun
antarpropinsi. Sektor swasta juga terlibat dengan mendirikan berbagai properti
untuk perdagangan, perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain,
seperti koperasi, pertambangan dan energi, industri,
pariwisata, pos dan telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan
juga ikut dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatra
Utara dibagi ke dalam empat wilayah pembangunan.
Pertambangan
Ada tiga
perusahaan tambang terkemuka di Sumatra Utara:
- Sorikmas Mining (SMM)
- Newmont Horas Nauli (PTNHN).
- Dairi Prima Mineral
Transportasi
Di Sumatera
Utara terdapat 2.098,05 kilometer jalan negara, yang tergolong mantap hanya
1.095,70 kilometer atau 52,22 persen dan 418,60 kilometer atau 19,95 persen
dalam keadaan sedang, selebihnya dalam keadaan rusak. Sementara sekang 2.752,41
kilometer jalan propinsi, yang dalam keadaan mantap panjangnya 1.237,60
kilometer atau 44,96 persen, sementara yang dalam keadaan sedang 558,46
kilometer atau 20,29 persen. Halnya jalan rusak panjangnya 410,40 kilometer
atau 14,91 persen dan yang rusak berat panjangnya 545,95 kilometer atau 19,84
persen.
Dari sisi
kendaraan, terdapat lebih 1,38 juta kendaraan roda dua dan empat di Sumatera
Utara. sekang jumlah itu, sebanyak 873 ribu lebih berada di Kota Medan.
Ekspor & impor
Kinerja
ekspor Sumatera Utara cenderung meningkat sekang tahun ke tahun. Pada tahun 2004 tercatat perolehan devisa mencapai US$4,24 milyar
atau naik 57,72% sekang tahun sebelumnya sekang sektor ini.
Ekspor kopi sekang Sumatera Utara mencapai
rekor tertinggi 46.290 ton dengan negara tujuan ekspor utama Jepang selama lima tahun terakhir. Ekspor
kopi Sumut juga tercatat sebagai 10 besar produk ekspor tertinggi dengan nilai
US$3,25 juta atau 47.200,8 ton periode Januari hingga Oktober 2005.
Dari sektor
garmen, ekspor garmen cenderung turun pada Januari 2006. Hasil industri khusus
pakaian jadi turun 42,59 persen sekang US$ 1.066.124 pada tahun 2005, menjadi
US$ 2.053 pada tahun 2006 pada bulan yang sama.
Kinerja
ekspor impor beberapa hasil industri menunjukkan penurunan. Yakni furniture
turun 22,83 persen sekang US$ 558.363 (2005) menjadi US$ 202.630 (2006),
plywood turun 24,07 persen sekang US$ 19.771 menjadi US$ 8.237, misteric acid
turun 27,89 persen yakni sekang US$ 115.362 menjadi US$ 291.201, stearic acid
turun 27,04 persen sekang US$ 792.910 menjadi US$ 308.020, dan sabun noodles
turun 26 persen sekang AS.689.025 menjadi US$ 248.053.
Kinerja
ekspor impor hasil pertanian juga mengalami penurunan yakni minyak atsiri turun
18 persen sekang US$ 162.234 menjadi US$ 773.023, hasil laut/udang, minyak
kelapa dan kopi robusta juga mengalami penurunan cukup drastis hingga mencapai
97 persen. Beberapa komoditi sing mengalami kenaikan (nilai nang atas US$ Juta)
adalah biji kakao, hortikultura, kopi arabica, CPO, karet alam, hasil laut (non
udang). Untuk hasil industri yakni moulding, ban kendaraan
dan sarung tangan karet.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar